Total Tayangan Halaman

Sabtu, 10 November 2012

Kebudayaan masyarakat Korea dalam berkencan


Halo , Kali ini saya ingin membahas tentang bagaimana Kebudayaan masyarakat Korea dalam berkencan, semoga infonya bermanfaat.

Selamat membaca^^

1. Apa yang harus dilakukan dan Apa yang tidak

Di Korea, Para pria wajib membayar segalanya ketika berkencan. Dan mereka juga diharapkan untuk membawa tas perempuan. Hal tersebut adalah pemandangan yang sangat umum untuk melihat para pria Korea  membawa tas pacar mereka ‘di mal, sekolah, jalan, kereta bawah tanah dan tempat-tempat umum lainnya.
Seorang gadis Korea juga membawa serta teman dekat sebagai pendamping  ketika mulai berkencan dengan seorang pria baru. Hal tersebut juga sama ketika mereka pergi secara berkelompok.
Pasangan itu harus bijaksana dan ramah kepada teman-teman yang mendampingi mereka. Selama tahap ini, jika hubungan mereka  semakin berkembang, mereka tidak boleh menunjukkan rasa kasih sayang mereka dengan- berciuman dan berpegangan tangan karena hal tersebut masih dianggap tabu.

2. Tahap Berkencan 

Kencan dapat dimulai ketika SMA. Namun, ciuman pertama pada umumnya terjadi di perguruan tinggi.
Kencan dengan bersikap ramah adalah titik awal dari sebuah hubungan. Biasanya para Pasangan dapat bermain game di ruangan PC (kebanyakan untuk remaja dan dewasa muda), menonton film, makan malam, minum di bar dan bernyanyi di karaoke.
Seiring waktu berlalu, para pasangan tersebut bisa keluar tanpa teman. Mereka dapat berpegangan tangan di depan umum. Hal ini juga normal untuk melihat mereka mengenakan pakaian yang sama (Couple T-Shirt) untuk menunjukkan kasih sayang dan kedekatan mereka.



3. Konservatif Budaya

Tidak seperti di negara lain, sangat langka untuk melihat para pasangan remaja berkencan klub malam Korea. Bagi mereka yang sudah menjalin suatu hubungan, menjadi lebih dekat memerlukan hubungan jangka panjang bersama-sama setidaknya satu tahun.
Berpegangan tangan didepan umum biasanya diterima ketika mereka sudah menjalin hubungan jangka panjang, gerak tubuh dan ekspresi lain dari kedekatan fisik seperti berciuman di depan umum secara tradisional tidak dapat diterima.
Hal ini juga tidak umum untuk berbicara secara terbuka tentang seks selama percakapan biasa. Secara tradisional, warga Korea tidak akan masuk rumah pacar  mereka sampai mereka ingin menikah.

4. Kencan Buta

Kencan buta sangat umum di Korea. Coffee Shop dan berbagai tempat makan biasanya menjadi tempat untuk kencan buta. Orangtua biasanya mengatur usia anaknya untuk menikah.
Perjodohan masih dipraktekkan di Korea, terutama dalam keluarga yang masih sangat tradisional. Jadi, ketika orang tua telah menemukan seseorang untuk menyuruh anaknya berkencan, ini biasanya menunjukkan bahwa pernikahan pasti akan terjadi.
Para orang Korea biasanya mendapatkan pasangan berkencan melalui teman, kolega, atasan, dan tentu saja, orang tua dan kerabat.

5. Interaksi Dalam Berkencan
Di tengah modernitas Korea dan kemajuan di berbagai bidang, prospek tradisional Korea tentang kencan dan pernikahan antar-ras masih merupakan hal yang tidak biasa.
Dengan akar  budaya yang kuat dan patriotik, orang tua mendorong anak-anak mereka untuk menikah dengan orang Korea.
Bahkan sekarang, jika menikah dengan orang asing maka akan sering dibenci oleh masyarakat. Anak dari Korea dan orang asing dapat diganggu di sekolah karena bukan merupakan Korea murni.
Mereka yang berkencan dengan orang asing dapat sering terkena gosip. Sementara sekarang masih secara pelan-pelan berubah, budaya tradisional masih sangat diikuti oleh banyak orang Korea.

Source : ehow.com
Indotrans : kidihae@Koreanindo
http://lorenzakpop.blogspot.com/ 
IF YOU WANT SHARE PLEASE WITH FULL CRDIT


Kebudayaan Korea yang Mirip dengan Kebudayaan Indonesia

Kebudayaan korea akhir-akhir ini sangat pesat perkembangannya. Apalagi budaya pop atau yang lebih dikenal dengan K-Pop. Kebudayaan korea cukup unik sehingga banyak orang yang tertarik untuk mempelajari dan mengetahuinya lebih lanjut.
Namun sebenarnya kalau diperhatikan budaya korea itu dengan seksama ada juga loh yang mirip atau hampir mirip dengan beberapa kebudayaan yang ada di Indonesia.
Apa saja diantaranya? Mari kita lihat…
Pada bulan april ini ada festival yang diadakan pada 7-9 April 2012 yang lalu. Adalah The 2012 Jindo Miracle Sea Festival di Pulau Hoedong-ri dan Modo. Pada festival ini, air laut akan surut dan terlihat seperti terbelah, membentuk jalan yang menghubungkan kedua pulau.


Selama festival, gelombang pasang yang ekstra rendah menyebabkan laut untuk bagian ajaib, jalan sepanjang 2.8km. Akan ada Pungmulnori (perkusi musik Korea dan tari) serta pertunjukan bakat untuk anjing Jindo, jenis anjing terkenal setempat. Festival ini juga mencakup program pengalaman seperti musik tradisional Korea, sampling minuman tradisional Jindo, dan pameran foto.
Kalau dipikir-pikir mirip juga kok dengan yang ada di Indonesia. Tepatnya di Sumatera Barat. Yakni di Pantai Air Manis. Pantai air manis, merupakan salah satu wisata pantai favorit bagi wisatawan lokal maupun luar negeri, pantai ini memiliki ombak yang rendah dan pemandangan yang menakjubkan gunung padang. Pantai air manis termasuk daerah landai dan luas, sehingga bisa digunakan untuk bermain, apalagi ketika pasang surut, pengunjung bisa melihat penampakan biota laut yang menyembul kepermukaan.
 
Dengan berjalan kaki, Anda dapat pergi ke Pulau Pisang Kecil yang berada tidak jauh dari tepi Pantai Air Manis. Pulau ini tidak begitu luas, dapat digunakan sebagai tempat istirahat sambil menikmati makanan yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Pulau Pisang Kecil dihiasi dengan pohon Jambu Kaliang yang bisa dinikmati oleh pengunjung secara gratis. Tapi ingat, jangan terlalu lama menikmati suasana di pulau itu. Sebab, beberapa jam kemudian, air pasang secara bertahap akan meningkat menjadi normal sehingga akses menuju Pulau Pisang Kecil tidak berada dalam jarak berjalan kaki lagi. Anda harus menggunakan perahu untuk kembali. Dan bedanya dengan yang ada di korea, fenomena ini bisa terjadi setiap hari.
Lalu selain yang ada di Sumatera Barat, juga ada yang mirip dengan kebudayaan dari provinsi lain di Indonesia. Yakni kemiripan antara tari bucheachum dengan tari kipas di Sulawesi selatan.
 
 
Menurut Wikipedia, Buchaechum atau Tari Kipas adalah salah satu tarian tradisional dari Korea yang paling terkenal, biasanya dipentaskan oleh sekelompok wanita. Tarian ini adalah kreasi baru, yang diciptakan oleh penari Kim Baek-Bong pada tahun 1954. Para penari menari menggunakan kipas yang berhiaskan bunga peony dan mengenakan hanbok yang berwarna mencolok.
 
 
Harapannya, dengan adanya (mungkin) kemiripan antara dua kebudayaan ini semakin memererat hubungan kedua Negara. Sehingga dengan hubungan yang semakin erat itu bisa menghasilkan berbagai kerjasama yang menguntungkan kita bersama.
 
sumber : http://nia-korea.blogspot.com

IF YOU WANT SHARE PLEASE WITH FULL CRDIT

Keadaan Sosial Budaya Korea

Budaya Perkawinan


Kebudayaan garis keluarga di Korea adalah berdasarkan atas sistem Patrilinial. Pria memegang peranan penting dalam kesejahteraan keluarkan dan diwajibkan untuk bekerja. Wanita diperbolehkan untuk bekerja hanya kalau diperbolehkan oleh suami atau jika hasil kerja suaminya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Tugas utama wanita adalah untuk mengasuh anak dan menjaga rumah.
Budaya perkawinan Korea sangat menghormati kesetiaan. Para janda, walaupun jika suami mereka mati muda, tidak dizinkan menikah lagi dan harus mengabdikan hidupnya untuk melayani orang tua dari suaminya. Begitu juga yang terjadi pada seorang duda yang harus melayani orang tua dari istrinya walaupun istrinya tersebut mati muda.

Budaya dalam Hal Keturunan

Dalam budaya Korea , keturunan atau anak dianggap sebagai sebuah anugerah yang amat besar dari Tuhan. Oleh karena itu, setiap keluarga disarankan untuk memiliki paling tidak seorang keturunan. Oleh karena budaya yang amat menghormati anugerah Tuhan tersebut, aborsi yang bersifat sengaja akan diberikan hukuman yang amat berat secara adapt, yaitu hukuman mati kepada sang Ibu dan orang lain yang mungkin terlibat di dalamnya, seperti suaminya (jika suaminya yang memaksa), dokter (jika dokter yang memberikan sarana untuk aborsi), dan lain-lain. Akan tetapi, secara hukum, tidak akan diadakan hukuman mati. Hukuman mati biasanya hanya dilaksanakan di daerah pedalaman Korea di mana adat masih berpengaruh secara kuat.
Pembagian harta warisan dalam budaya ini amatlah adil. Tanpa memperdulikan jenis kelamin, keturunan dari seseorang akan mendapatkan pembagian harta dengan jumlah yang sama dengan saudara-saudaranya. Akan tetapi, dalam prakteknya ini tidak selalu terjadi. Kebanyakan orang tua menyisihkan lebih banyak harta warisan kepada anak tertua mereka.

Budaya Makanan

Dalam budaya Korea , ada satu makanan khas yang memiliki suatu arti yang tidak dimiliki oleh makanan lainnya. Makanan ini disebut kimchi. Di setiap session makanan, ketidakberadaan kimchi akan memberikan kesan tidak lengkap.
Kimchi adalah suatu makanan yang biasanya merupakan sayuran yang rendah kalori dengan kadar serat yang tinggi (misalnya bawang, kacang panjang, selada, dan lain-lain) yang dimasak sedemikian rupa dengan bumbu dan rempah-rempah sehingga menghasilkan rasa yang unik dan biasanya pedas. Dalam kenyataannya (menurut hasil penelitian kesehatan WHO), jenis-jenis kimchi memiliki total gizi yang jauh lebih tinggi dari buah manapun.
Hal yang membuat kimchi menjadi makanan yang spesial ada banyak faktornya. Faktor pertama adalah pembuatannya. Kimchi (dalam hal ini adalah kimchi yang dihidangkan untuk acara-acara spesial, bukan kimchi untuk acara makan biasa dan sehari-hari) dibuat oleh wanita dari keluarga bersangkutan yang mengadakan acara tersebut dan hanya bisa dibuat pada hari di mana acara tersebut dilaksanakan. Semakin banyak wanita yang turut membantu dalam pembuatan kimchi ini, semakin “bermakna” pula kimchi tersebut. Kimchi juga merupakan faktor penentu kepintaran atau kehebatan seorang wanita dalam memasak. Konon katanya, jika seorang wanita mampu membuat kimchi yang enak, tidak diragukan lagi kemampuan wanita tersebut dalam memasak makanan lain. Faktor ketiga adalah asal mula kimchi. Kimchi pada awalnya dibuat oleh permaisuri dari Raja Sejong sebagai hidangan untuk perayaan Sesi.
Kebiasaan / Tradisi, Kesenian, Bahasa

Kebiasaan / Tradisi
Ada sebuah tradisi / kebiasaan yang cukup terkenal di Korea. Tradisi ini dinamakan “sesi custom”. Tradisi sesi dilaksanakan sekali setiap tahun. Sesi adalah sebuah tradisi untuk mengakselerasikan ritme dari sebuah lingkaran kehidupan tahunan sehingga seseorang dapat lebih maju di lingkaran kehidupan tahun berikutnya.
Tradisi sesi dilaksanakan berdasarkan kalender bulan (Lunar Calender). Matahari, menurut adat Korea , tidak menunjukkan suatu karakteristik musiman. Akan tetapi, Bulan menunjukkan suatu perbedaan melalui perubahan fase bulan. Oleh karena itu, lebih mudah membedakan adanya perubahan musim atau waktu melalui fase bulan yang dilihat.
Dalam tradisi sesi, ada lima dewa yang disembah, yaitu irwolseongsin (dewa matahari bulan dan bintang), sancheonsin (dewa gunung dan sungai), yongwangsin (raja naga), seonangsin (dewa kekuasaan), dan gasin (dewa rumah). Kelima dewa ini disembah karena dianggap dapat mengubah nasib dan keberuntungan seseorang.
Pada hari di mana sesi dilaksanakan, akan diadakan sebuah acara makan malam antar sesama keluarga yang pertalian darahnya dekat (orang tua dengan anaknya). Acara makan wajib diawali dengan kimchi dan lalu dilanjutkan dengan “complete food session”.
Ada juga mitos lain dalam memperoleh keberuntungan menurut tradisi Korea, antara lain “nut cracking” yaitu memecahkan kulit kacang-kacangan yang keras pada malam purnama pertama tahun baru, “treading on the bridge” yaitu berjalan dengan sangat santai melewati jembatan di bawah bulan purnama pada malam purnama pertama tahun baru yang katanya dapat membuat kaki kita kuat sepanjang tahun, dan “hanging a lucky rice scoop” yaitu menggantungkan skop (sendok) pengambil nasi di sebuah jendela yang katanya akan memberi beras yang melimpah sepanjang tahun. 

Kesenian
Kesenian tradisional di Korea, dalam hal ini musik dan tarian, diperuntukkan khusus sebagai suatu bagian dalam penyembahan “ lima dewa”.
Ada beberapa alat musik tradisional yang digunakan, misalnya hyeonhakgeum (sejenis alat musik berwarna hitam yang bentuknya seperti pipa dengan tujuh buah senar) dan gayageum (alat musik mirip hyeonhakgum tetapi bentuk, struktur, corak, dan cara memainkannya berbeda dan memiliki dua belas buah senar).
Tarian tradisional yang cukup terkenal di Korea antara lain cheoyongmu (tarian topeng), hakchum (tarian perang), dan chunaengjeon (tarian musim semi). Tarian chunaengjeon ditarikan sebagai tanda terima kasih kepada dewa irwolseongsin dan dewa sancheonsin atas panen yang berhasil. 

Bahasa
Bahasa yang digunakan di Korea adalah bahasa Korea . Penulisan bahasa Korea dinamakan Hangeul. Hangeul diciptakan oleh Raja Sejong pada abad ke 15. Hangeul terdiri dari 10 huruf vokal dan 14 konsonan yang bisa dikombinasikan menjadi banyak sekali huruf-huruf dalam bahasa Korea . Hangeul sangat mudah dibaca dan dipelajari. Hangeul juga dianggap sebagai bahasa tulisan yang paling sistematik dan scientific di dunia. Berikut adalah contoh Hangeul.



http://lorenzakpop.blogspot.com/

Kamis, 08 November 2012

Sejarah Sungai Cheonggyecheon


Sungai Cheonggyecheon merupakan salah satu sungai yang ada di Korea Selatan. Sungai ini dapat dikatakan unik, hai ini karena Sungai Cheonggyecheon merupakan aliran sungai di tengah kota Seoul. Sungai Cheonggyecheon  memiliki panjang enam kilometer dan ditata dengan apik, sehingga tidak salah jika Sungai Cheonggyecheon menjadi salah satu tujuan wisata di Seoul. Di balik keunikan dan keindahannya, Sungai Cheonggyecheon menyimpan banyak misteri. Berikut beberapa hal tentang Sungai Cheonggyecheon.

1.      Sejarah Sungai Cheonggyecheon
Sejak jaman Dinasti Joseon, Cheonggyecheon telah mengalami berkali-kali proses pemugaran dan pengerukan. Sejak tahun 1958 sungai ini ditutup, dan baru pada tahun 2003 sungai ini mulai dipugar kembali.
Pada masa Dinasti Goryeo (918-1392), Sungai Cheonggyecheon merupakan sungai kecil dan dangkal yang meluap pada musim hujan.  Pada masa Dinasti Joseon (1392-1910) ibu kota Semenanjung Korea di pindah ke Hanyang atau Seoul, terjadilah pertumbuhan penduduk yang cukup pesat. Pertumbuhan penduduk yang cukup pesat ini mengakibatkan terjadinya perubahan yang cukup besar atas arus-arus sungai yang sudah ada. Perbaikan dan peningkatan sarana prsaranan sungai mulai dilakukan.
Proyek pembangunan Sungai Cheonggyecheon selesai pada tahun 1411, tahun ke- 11 pemerintahan Raja Taejong (1400-1418). Pada masa Raja Taejong dibentuklah suatu departemen yang ditugasi utuk mengawasi pelaksanaan proyek pembangunan Sungai Cheonggyecheon yang dimulai pada bulan Januari 1412. Departemen ini dikenal dengan nama Gaecheondogan.
Proyek Cheonggyecheon yang kedua dimulai pada tahun 1422, yaitu pada masa pemerintahan Raja Sejong (1418-1450) dan selesai pada bulan Februari 1434, tahun ke- 13 pemerintahan Raja Sejong.
Pada tahun ke-36 pemerintahan Raja Yeongjo (1724-1776) diadakan proyek pengerukan dasar sungai Cheonggyecheon. Proyek pengerukan ini berlangsung selama 57 hari, yaitu dari tanggal 18 Februari sampai 15 April 1760, dan melibatkan mobilisasi 150.000 warga Seoul serta 50.000 buruh kontrak. Menurut Buku Tahuanan Dinasti Joseon, Cheonggyecheon telah dikeruk sebanyak 8 kali setelah kelahiran Raja Jeongjo pada tahun 1752. Sungai Cheonggyecheon merupakan sungai yang sanggup bertahan terhadap cobaan dan bencana tak berkesudahan selama 500 tahun sejarah Dinasti Joseon.

2.      Legenda Cinta Yi An-nul
Korea merupakan salah satu negara di dunia ini yang memiliki banyak budaya. Masyarakat Korea terkenal akan tradisi rakyat yang masih kental hingga saat ini. Salah satu kebiasaan masyarakat Seoul adalah menjelajah jembatan sungai Cheonggyecheon. Kebiasaan ini berdasarkan kepercayaan bahwa berjalan melintasi 12 jembatan pada saat bulan purnama pertama akan menjauhkan seseorang dari penyakit dan kesialan sepanjang tahun. Kebiasaan masyarakat ini berdasarkan sebuah kisah cinta Yi An-nul, ia adalah seorang penyair pada masa pemerintahan Raja Seonjo (1567-1608).
Dimalam Daeboreum Yi yang masih muda bersama teman-temannya mabuk dan kemudian berjalan melintasi jembatan. Yi muda selanjutnya berpisah dengan teman-temannya. Yi yang dalam keadaan mabuk berjalan disekitar sungai Cheonggyecheon, ia pun pingsan di jembatan sungai Cheonggyecheon. Di dekat sungai terdapat sebuah rumah besar, rumah itu milik seorang penerjemah kelas menengah bernama Kim. Kim memiliki seorang putri, putri Kim sudah menikah 3 hari sebelumnya dan menantu Kim sedang mengunjungi orang tuannya. Pembatu Kim yang mengira Yi muda adalah suami putri Kim membawa Yi ke dalam kamar pengantin wanita. Pengatin wanita yang mengira Yi adalah suaminya akhirnya menghabiskan malam bersama.
Keesokan harinya Yi yang terbangun kaget melihat dirinya bersama wanita asing dalam satu ruangan. Menyadari hal tersebut, Yi langsung menggunakan pakaiannya dan bergegas pergi. Tidak disangka sang pengantin wanita terbangun dan memegang celana Yi dan menahannya. Pengantin wanita yang merasa takut memutuskan untuk bunuh diri, tetapi hal tersebut ia urungkan mengingat orang tua wanita itu yang telah membesarkannya dengan penuh kasih sayang. Kasih sayang inilah yang akhirnya membuatnya berani meminta Yi membawanya pergi. Sistem sosial yang sangat ketat pada masa itu melarang berbincang-bincang antara seorang wanita dan pria yang tidak saling mengenal. Akhirnya Yi membawa wanita itu pergi ke tempat bibinya di Pil-dong dan meminta bibinya menjaga wanita itu hingga Yi lulus gwageo, ujian administrasi negara pegawai pelayanan masyarakat tingkat atas.
Dilain pihak keluarga Kim kebingungan mencari putrinya yang menhilang tanpa jejak. Di saat yang sama mereka mendengar kabar bahwa menantunya akan kembali, akhirnya keluarga Kim memutuskan untuk memberitahu menantu mereka bahwa isterinya tiba-tiba meninggal di tengah malam. Tiga tahun kemudian Yi telah lulus gwageo. Bersama puteri Kim, ia pergi menemui orang tuanya dan keluarga Kim untuk menjelaskan kejadian tiga tahun yang lalu dan akhirnya mereka menikah.

3.      Cheonggyecheon Kawasan Kumuh
Di masa lalu, sungai Cheonggyecheon mempunyai arti penting bagi Seoul dalam aspek geografi, politik, sosial dan budaya. Pada masa dinasti Joseon, wilayah sebelah utara merupakan wilayah tempat tinggal bagi kaum bangsawan dan kantor pemerintahan dan wilayah sebelah selatan diperuntukkan bagi rakyat biasa dan para cendekiawan dengan status ekonomi kelas bawah. Kawasan di pinggiran Cheonggyecheon dijadikan tempat tinggal bagi rakyat biasa.
Mereka membangun tempat tinggal di pinggiran sungai Cheonggyecheon. Akibatnya muncul permukiman kumuh di sepanjang sungai. Aktifitas mandi, mencuci dan membuang sampah di Cheonggyecheon merupakan bagian dari kehidupan penduduk yang tinggal di sepanjang aliran ini. Selain itu terdapat beberapa jembatan yang dibangun melintasi Cheonggyecheon dan para pedagang biasanya beraktifitas di seputar jembatan-jembatan tersebut.
Pada masa pemerintahan Dinasti Joseon, sungai Cheonggyecheon digunakan sebagai salah satu pembuangan air, daerah sepanjang sungai Cheonggyecheon digunakan sebagai tempat tinggal warga miskin. Menurut Hangyeongjiryak, buku geografi Seoul dari masa akhir dinasti Joseon, dijelaskan bahwa raja secara teratur mengirimkan beras dan bahan makanan kering untuk rakyat.
Pada masa kolonial Jepang, Cheonggyecheon merupakan garis pembatas antara bangsa Korea yang tidak beradab dengan bangsa Jepang yang berdab. Setelah Jepang menguasai Korea, pada tahun 1910 pemerintah Jepang menganugerahi nama Cheonggyecheon yang berarti air lembah bersih. Dahulu Cheonggyecheon dikenal dengan nama gaecheon yang berarti sungai air limbah. Selama memerintah Jepang tidak memperhatikan sungai Cheonggyecheon, baru pada tahun 1918 pemerintah Jepang melalakukan pengerukan.
Keadaan Cheonggyecheon yang semakin tercemar membuat pemerintah Korea Selatan mengeluarkan kebijakan “filling”. Kebijakan filling merupakan kebijakan membangun jembatan layang (Cheonggye Overpass) di atas Cheonggyecheon sehingga tidak tampak dari pandangan. Selain itu kebijakan ini dipandang tepat untuk mengatasi peningkatan arus lalu lintas dan juga sebagai simbol modernisasi Korea. Selama 25 tahun, Cheonggyecheon seolah menghilang dari bagian kehidupan Seoul, tertutup oleh dua lapis jalan kokoh yang dibangun diatasnya, namun kenyataannya air masih tetap mengalir sepanjang Cheonggyecheon.
Pada akhirnya muncul kesadaran pentingnya mengembalikan Cheonggyecheon sebagai bagian dari sejarah, kehidupan dan budaya Seoul. Tahun 2003, pemerintah setempat memulai Cheonggyecheon Restoration Project, suatu proyek yang bertujuan mengembalikan Cheonggyecheon sebagai bagian dari sejarah kehidupan dan budaya Seoul. Proyek ini juga bertujuan untuk mewujudkan Seoul sebagai kota ramah lingkungan dengan memselaraskan alam dan manusia, menciptakan keseimbangan pembangunan di wilayah utara dan selatan Hangang River dan pada akhirnya akan meningkatkan kualitas budaya dan ekonomi kehidupan masyarakat Seoul. Cheonggye overpass yang menutupi Cheonggyecheon stream dirubuhkan dan sepanjang aliran dibersihkan ditata dengan design yang menarik. Penyelesaian proyek ini memerlukan waktu dua tahun tiga bulan dimulai bulan Juli 2003 sampai bulan Oktober 2005.
4.      Wall of Hope
Wall of Hope atau tembok harapan merupakan salah satu tempat penting bagi masyarakat Korea. Tembok ini menampilkan sekitar dua puluh ribu potongan porselen keramik yang setiap potongannya memuat gambar dan pesan-pesan dari warga Korea di seluruh penjuru dunia (yang tinggal di Korea Selatan, Korea Utara atau di luar Korea) yang berharap Korea bisa bersatu. Dinding yang terbentang 50 meter dengan tinggi dua meter ini merupakan dinding porselen keramik terbesar di dunia.

Sumber:
Seung, Yoon Yang.2009.Kebudayaan Korea Tanah dan Lingkungan Hidup. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.
Yeppopo.
credit: linezuki.blogspot.com
Photo: Googling
Post by: askarein@yeppopo
http://lorenzakpop.blogspot.com/
IF YOU WANT SHARE PLEASE WITH FULL CRDIT

Sabtu, 20 Oktober 2012

6 Tempat Wiasata di Korea Selatan yang Wajib Dikunjunggi

Siapa yang mau pergi ke Korea?? pasti semuanya pada ingin pergi ke negara asal Bias nya masing-masing. aku mau share nih tempat wisata yang wajib dikunjunggi oleh turis asing kalau lagi liburan disana

1. Museum Kimchi
museum ini terletak di Seoul, Korsel. Khusus dibangun sebagai pusat pengetahuan tentang kimchi. Karena kepopulerannya sebagai makanan sehat, museum ini menarik sebanyak 10000 pengunjung /tahun nya. (wow)
pintu masuk


2. Namsan Seoul Tower

salah satu menara tertinggi di Seoul. Dulunya sih menara ini untuk pos pengamatan militer. Kalo kita naik ke atas, kita bisa lihat seluruh pemandangan di Seoul. seoul tower ini sering banget dijadikan lokasi syuting kayak di BBF. .  pengen ihh kesana apalagi dimalam hari whoaa pasti keren pemandangannya.

3. Jeju Island

nah, ini nih pulau bali nya korea. :D tempat ini adalah tempat paling terkenal di korea. Di pulau itu ada gunung Halla, gunung tertinggi di korsel. ini juga jadi salah satu incaran untuk lokasi syuting selain namsan seoul tower.


4. Dadohae Haesang

Sebuah taman nasional yang indah pantai di korsel, yang juga taman nasional terbesar di sana. itu terletak di pantai wilayah Jeolla selatan, yang merupakan wilayah hijau korea.


5. Muju Resort

Di sini, tempatnya main ski. terletak di kawasan taman nasional deogyusan. ini juga jadi loksyut nya BBF lho.


6. Istana Changdeokgung

sebuah komplek istana Dinasti Joseon di seoul. Istana Changdeok adalah salah satu dari lima istana besar yang dibangun sebagai tempat tinggal keluarga kerajaan. Istana Changdeok terletak di sebelah timur Gyeongbokgung sehingga sering disebut dengan Donggung atau Istana Timur. Makna dari Changdeokgung (昌德宮) adalah Istana Kemakmuran.


sumber : Korean Chingu

Yang Unik Tentang Korea Selatan

Semakin berkembangnya kegemaran masyarakat Indonesia terhadap segala sesuatu yang berbau Korea Selatan sejak datangnya drama-drama dan musik Korea membuat para penggemar negara satu ini penasaran untuk menilik lebih jauh bagaimana kehidupan dan budaya orang Korea itu sendiri. Apalagi melihat kebiasaan masyarakat Korea yang digambarkan di kisah drama membuat sedikit banyak kita mulai mengenali kebiasaan mereka, namun ada beberapa kebiasaan yang belum kita ketahui kenapa dan bagaimana. Berikut beberapa hal dan kebiasaan unik masyarakat Korea Selatan.

Jimjibang – Pemandian Sauna Korea


Jimjibang – Pemandian Sauna Korea

Jimjilbang (dalam bahasa Korea ditulis???) adalah tempat sauna yang sangat terkenal di Korea Selatan. Orang memakai celana katun dan kaos oblong kemudian masuk dari satu ruangan ke ruangan lainnya yang berisi ruangan berbatu yang mengeluarkan panas. Terdapat jimjibang yang besar lengkap dengan berbagai sarana pemanjaan diri seperti kafetaria, ruang pijat, salon kuku, fasilitas internet, pusat kebugaran dan buka selama satu hari penuh. Jimjibang sangat terkenal diberbagai kalangan baik yang tua, para ibu rumah tangga, keluarga sampai ke pasangan-pasangan muda. Beberapa pelanggan pria dan wanita menghabiskan waktu malam disini dan tertidur di lantai bersama pelanggan lainnya. Namun tentu saja, kamar mandi disini tetap terpisah untuk laki-laki dan perempuan.

Ondol


Ondol

Ondol (dalam bahasa Korea ditulis??) adalah sistem pemanas tradisional Korea yang menggunakan batu besar yang ditempatkan di bawah lantai ruangan kemudian dialiri dengan udara panas yang bersirkulasi sehingga lantai ruangan tersebut terasa hangat. Sistem pemanas unik ini sudah digunakan sejak kerajaan Goguryeo, kebiasaan ini juga berdampak pada budaya orang Korea yang lebih senang duduk dan tidur diatas lantai daripada menggunakan kursi atau tempat tidur. Semakin berkembangnya jaman maka sistem Ondol yang dulunya menggunakan batu diganti dengan pipa yang diletakkan di bawah lantai kemudian dialiri air panas yang kemudian bersikulasi dan menghangatkan ruangan tersebbut. Perusahaan konstruksi Korea bahkan sekarang menekspor sistem pemanas ini kebeberapa negara Asia.

Jeonse


Jeonse

Korea Selatan memiliki sistem penyewaan rumah maupun ruangan yang unik disebut dengan Jeonse (dalam bahasa Korea ditulis??). Daripada membayar sewa rumah dengan cara bulanan, dengan sistem jeonse si penyewa harus memberikan jumlah uang yang banyak untuk dijadikan deposit sang pemilik rumah. Bahkan jumlahnya terkadang mencapai 50 persen dari harga rumah yang disewanya untuk pemilik rumah. Kemudian si pemilik rumah mendepositokan uang tersebut ke bank, bisa juga menginvestasikan ke saham atau apapun yang ingin dia inginkan. Si penyewa akan menerima kembali uang yang didepositkan tersebut secara utuh setelah kontrak sewa rumah berakhir. Sistem ini sangat populer ketika suku bunga bank sangat tinggi dan si pemilik rumah tak perlu susah-susah dan khawatir tidak dibayar saat menagih uang sewa bulanan kepada si penyewa.

Bisnis Les Privat di Korea Selatan berkembang pesat


Bisnis Les Private

Ketika di negara lain masyarakatnya sibuk untuk memberikan les tambahan kepada anak-anaknya agar mendapatkan nilai yang tinggi, di Korea Selatan menghadirkan les privat dan les tambahan yang tidak hanya sebatas les pelajaran umum seperti les bahasa inggris, matematika, biola maupun alat musik lainnya. Korea Selatan mengembangkan les tambahan seperti les pelajaran filosofi, les berdongeng/bercerita, les debat, les catur dan les menggambar. Para orang tua bisa mengarahkan anak-anaknya ke berbagai kegemaran tinggal mencocokkan dengan hobi sang anak. Konon bisnis les privat sendiri di Korea totalnya bernilai lebih dari 20 miliar won.

Kimchi – makanan wajib orang korea

 
Kimchi

Kimchi adalah makanan yang terbuat dari potongan kubis yang difermentasikan dengan saus cabe merah. Rasa yang ditimbulkan dari hasil fermentasi adalah pedas dan agak kecut. Orang Korea sangat menyukai makanan ini dan merupakan makanan wajib yang harus selalu ada ketika menikmati makanan mereka. Selain itu juga kimchi digunakan sebagai komposisi berbagai masakan Korea. Selain sebagai makanan khas, ternyata kimchi mengandung makna simbolis yakni kuat, memiliki khas dan menantang. Rasanya yang tidak biasa terkadang masih belum bisa dinikmati di lidah orang asing, namun ketika sudah terbiasa mungkin si penyicip dapat merasakan filosofis tersendiri dibalik kimchi.

Tradisi ulang tahun pertama anak


Tradisi Ulang Tahun

Seperti tradisi adat jawa turun tanah (tedaks sinten), ketika si anak masih dibawah satu tahun diarahkan untuk memilih barang yang mencerminkan apa yang akan dijalankan anaknya kelak, ternyata di Korea Selatan terdapat pula kebiasaan demikian. Biasanya kegiatan ini diperuntukkan ke anak yang berumur satu tahun. Di atas meja diletakkan uang, benang, beras, dan pensil. Ketika anak memilih uang berarti akan memiliki rejeki yang melimpah, memilih benang akan mempunyai umur yang panjang, memilih beras maka berarti si anak tidak akan kekurangan makanan selama hidupnya dan jika memilih pensil maka akan menjadi anak yang cerdas dikemudian hari.

Cre: HERE via avrilend
Reshare by maiia@koreanchingu

Korean Dessert~~~!! Nyummieee (//^.^\\)

Nah,, kali ini admin mau share beberapa kue pencuci mulut di korea!!!
Oke… Cekidoooottttt~~~!!! ^,^

 1. Tteok

kue yang terbuat dari tepung beras (메떡, metteok), nasi ketan yang ditumbuk (찰떡, chaltteok), atau nasi ketan tanpa ditumbuk (약식, yaksik). Tteok dapat disajikan dingin, diisi atau dilapisi dengan pasta kacang hijau manis, pasta kacang merah, kismis, biji wijen, kacang merah yang dihaluskan, labu, kacang atau madu.

 2. Songpyeon

Songpyeon (송편) adalah jenis kue beras dari Korea (tteok) yang terbuat dari adonan tepung beras yang dibentuk menyerupai bulan sabit dan dikukus. Songpyeon terdiri dari yang berisi atau tidak ada isi. Isi songpyeon dapat berupa saus kacang merah, kacang kedelai, chestnut, jujube, dan wijen.

 3. Yaksik

Yaksik atau yakbap (secara harfiah berarti “makanan obat” atau “nasi obat”)adalah jenis dari tteok atau kue beras yang terbuat dari ketan yang dikukus dan dicampur dengan kacang berangan, jujube dan kacang cemara, lalu diberi madu atau gula pasir merah, minyak wijen, kecap dan kadang-kadang kayu manis.Yaksik biasanya dimakan pada hari raya Jeongwol Daeboreum (정월대보름), atau bulan purnama pertama pada kalender lunar.

 4. Chapssaltteok


 Kue ini sama dengan mochi, yaitu variasi tteok yang diisi dengan pasta kacang manis.

 5. Hahngwa

Paket kue tradisional yang berisi kue-kue, tepung biji-bijian, madu, yeot, buah-buahan atau akar-akaran yang dapat dimakan.

6. Yugwa

Yugwa  adalah kue beras yang digoreng

 7. Maejakgwa

kue tradisional korea  yang terbuat dari campuran tepung, minyak sayur, kayu manis, jahe, jocheong dan kacang cemara.
Credit : Wikipedia | Koreanchingu @ wordpress


Mengenal Bahasa Cia-Cia [바하사 찌아찌아]


Mungkin beberapa orang atau chingudeul ada yang pernah baca tentang kasus ini atau ada yang belum pernah dan belum tau tentang kasus yang menuai kontrovensi bahasa ini.

Bahasa Cia-Cia atau Bahasa Buton Selatan, ialah sejenis bahasa Austronesia yang ditutur di sekitar Kota
Bau-Bau di selatan Pulau Buton di yang terletak di tenggara Pulau Sulawesi di Indonesia.

Pada tahun 2009, bahasa ini menarik perhatian dunia ketika Kota Bau-Bau menerima tulisan Hangul Korea untuk dijadikan sistem tulisan bahasa Cia-Cia.

Dulunya, bahasa Cia-Cia menggunakan sejenis abjad Arab bernama “Gundul” yang tidak memakai tanda untuk bunyi vokal.

Pada tahun 2009, bahasa Cia-Cia menarik perhatian dunia karena Kota Bau-Bau memutuskan agar tulisan Hangul dari Korea digunakan untuk menulis bahasa Cia-Cia, dan mengajar anak-anaknya sistem tulisan baru ini berpandukan buku teks yang dihasilkan oleh Persatuan Hunminjeongeum [Hunminjeongeum research institute]. Institut tersebut telah bertahun-tahun bertungkus-lumus menyebarkan penggunaan abjad Korea ke kaum-kaum minoritas yang tiada sistem tulisan sendiri di merata Asia.

Menurut lurah Karya Baru, memang ada kebudayaan-kebudayaan dan bahasa Cia-cia yang mirip, bahkan sama dengan apa yang dimiliki oleh Korea. Karena kayanya bahasa di Bau-Bau yang mencapai lebih dari 90 bahasa, seorang Professor Korea bernama Chun Thai Yun tertarik kepada Bau-Bau, khususnya etnis Cia-cia. Dari sini, mulai timbul kerjasama antara Cia-cia dan Korea. Dari pertukaran pelajar, pertukaran guru, hingga pertukaran kebudayaan. Hal ini membuat Indonesia, khususnya Cia-cia, makin terdengar namanya oleh masyarakat di luar negeri.

Chun Thai Yun meyakini, ada rahasia menarik di Bau-Bau khususnya keanekaragaman “linguistik” yang ada di daerah tersebut. Ketertarikan Chun ini, terus berlanjut hingga apa yang menjadi fokus ketertarikannnya, diceritakan kepada rekan-rekannya di Seoul National University. Di kampusnya tersebut, ia mempresentasikan ketertarikannya dan mendapat dukungan positif dari dua koleganya yaitu Professor Hu Yung Lee dan Dr. Lee Konam (Abdillah, –). Dengan dukungan penuh dari kampus maupun pemerintahnya, tiga profesor Korea ini, kemudian melakukan berbagai kunjungan, investigasi, dan akhirnya membuahkan sebuah rencana afiliasi konstruktif dengan pihak  pemerintah Bau-Bau. Satu hal pokok yang ada dalam rencana afiliasi tersebut adalah adanya upaya mentransformasi bahasa Cia-Cia ke dalam alphabet “Hangul” Korea.

Sebagai timbal baliknya, Bau-Bau maupun suku dan bahasa  Cia-Cia akan di promosikan secara gencar di publik Korea sehingga wisatawan Korea tertarik dan berkunjung ke Bau-Bau. Upaya ini disambut positif oleh walikota Bau-Bau, Drs. Amirul Tamim. Dengan pertimbangan Bau-Bau akan mendapatkan keuntungan ekonomis jika mengadakan afiliasi dengan pemerintah Korea, Drs. Amirul Tamim melakukan perjanjian tertulis dengan pemerintah Korea. Selanjutnya, melalui yayasan HumMinjeongeum, Dr. Lee Konam merilis di berbagai harian terkemuka Korea tentang kabar gembira ini. Langkah-langkah afiliasi ini dianggap sebagai hal yang sangat cerdas hingga layak menduduki peringkat Headline banyak media massa, cetak maupun elektronik di Korea.

Negara Jepang sebagai negara yang merasa lebih superior dari Korea dan telah lama masuk ke Indonesia, juga menunjukkan rasa penasarannya dan mengirimkan beberapa wartawan untuk menanyakan mengapa pemerintah Bau-Bau mau bekerja sama dengan pemerintah Korea sedang dengan pemerintah Jepang tidak. Bahkan entah ada hubungannya dengan kasus bahasa Cia-Cia atau tidak, sedikitnya 16 orang dari Jerman, didampingi tujuh pendeta melakukan aksi sosial dengan mengambil Bau-Bau sebagai tempat aksi sosial tersebut (Tamam, 2009).

Ditandatanginya afiliasi antara pemerintah Bau-Bau dan Korea menimbulkan banyak kontroversi. Pihak yang mendukung afiliasi tersebut berdiri pada pijakan ekonomi dengan sebuah alasan logis bahwa afiliasi tersebut dapat mengundang investor maupun wisatawan Korea untuk datang ke Indonesia. Selain itu dengan berpijak pada aspek perbaikan mutu pendidikan, semangat yang besar dari Profesor Chun Thai Yun penggagas afiliasi untuk memasukkan aksara Hangul dalam pengajaran bahasa lokal Cia-Cia dianggap dapat berperan meningkatkan mutu pendidikan.

Logikanya, untuk mengajarkan huruf Hangul dengan cepat dan tepat, professor Chun Thai Yun bersama timnya akan berusaha sekuat tenaga untuk menemukan metode pembelajaran inovatif yang dapat mencapai tujuan yang diharapkan dengan cepat dan tepat pula. Adanya metode pembelajaran inovatif ini diharapkan dapat berdampak positif pada dunia pendidikan di kota Bau-Bau karena teknologi-teknologi pendidikan baru yang dimiliki Korea serta tidak dimiliki Bau-Bau akan diterapkan dan diwariskan pada kota tersebut.
Sekarang ini, bahasa Korea mulai diajarkan untuk anak-anak Sekolah Dasar sejak kelas 4 SD. Bahkan di SD Karya Baru, guru bahasa Korea mereka adalah orang Korea asli. Namun untuk tahun ini, guru tersebut diganti oleh guru dari Cia-cia yang sempat mendapat pelatihan di Korea langsung.

nama jalannya juga memakai huruf Hangul (aksara Korea), ataupun nama sekolah yang juga dicantumkan bahasa Koreanya.

Demografi

Pada tahun 2005 ada 80,000 orang penutur bahasa Cia-Cia, 95% diantaranya beragama Islam yang juga berbicara dalam bahasa Wolio. Bahasa Wolio semakin dilupakan sebagai bahasa penulisan kaum Cia-Cia, karena bahasa Indonesia kini diajar dengan abjad Latin di sekolah.

Penyebaran

Bahasa Cia-Cia ditutur di Sulawesi Tenggara, Pulau Buton Selatan, Pulau Binongko, dan Pulau Batu Atas.Menurut kisah lama, penutur bahasa Cia-Cia di Binongko berketurunan bala tentara Buton yang dipimpin oleh Sultan Buton.

Nama

Nama bahasa ini berasal dari perkataan cia yang berarti ‘tidak’. Cia-Cia juga disebut bahasa Buton, Butung, atau Boetoneezen (dari bahasa Belanda) bersama dengan bahasa Wolio, dan bahasa Buton (atau Butung) Selatan.

Logat

Keadaan bahasa di pulau Buton rumit sekali dan kurang dipahami secara teliti. Antara logat-logat Cia-Cia termasuk Kaesabu, Sampolawa (Mambulu-Laporo), Wabula dan Masiri. Loghat Masiri paling banyak kosakatanya dibanding logat baku.

Tulisan

Dulunya, bahasa Cia-Cia menggunakan sejenis abjad Arab bernama “Gundul” yang tidak memakai tanda untuk bunyi vokal.
Pada tahun 2009, bahasa Cia-Cia menarik perhatian dunia karena Kota Bau-Bau memutuskan agar tulisan Hangul dari Korea digunakan untuk menulis bahasa Cia-Cia, dan mengajar anak-anaknya sistem tulisan baru ini berpandukan buku teks yang dihasilkan oleh Persatuan Hunminjeongeum.
Institut tersebut telah bertahun-tahun bertungkus-lumus menyebarkan penggunaan abjad Korea ke kaum-kaum minoritas yang tiada sistem tulisan sendiri di merata Asia.


* ᄙ bukanlah huruf yang terpisah. Konsonan /r/ dan /l/ tengah dibedakan dengan menulis huruf ㄹ tunggal untuk /r/ dan ganda untuk /l/. Huruf ㄹ ganda harus ditulis dalam dua suku kata. Konsonan /l/ akhir ditulis dengan huruf ㄹ tunggal; untuk konsonan /r/ akhir, huruf vokal kosong ㅡ ditambah. Huruf vokal kosong (으) juga digunakan untuk /l/ awal.
Dalam proses menyesuaikan hangul dalam struktur bahasa Cia-Cia, huruf ㅸ yang tidak terpakai dalam bahasa Korea, digunakan lagi untuk mewakili konsonan /v/.
Contoh: 

아디 세링 빨리 노논또 뗄레ᄫᅵ시. 아마노 노뽀옴바에 이아 나누몬또 뗄레ᄫᅵ시 꼴리에 노몰렝오.

Adi sering pali nononto televisi. Amano nopo’ombae ia nanumonto televisi kolie nomolengo.

  

Kosakata

Angka 1–10

Bahasa Indonesia satu dua tiga empat lima enam tujuh delapan sembilan sepuluh
Bahasa Cia-Cia (Hangul) 디세 루아 똘루 빠아 을리마 노오 삐쭈 활루 시우아 옴뿔루
Latin dise rua tolu pa’a lima no’o picu walu siua ompulu

Kata kerja

  • 부리 buri “menulis”
  • 뽀가우 pogau “berbicara”
  • 바짜안 baca’an “membaca”.

Kata nama

  • 까아나 ka’ana “rumah”
  • 시골라 sigola “sekolah”
  • 사요르 sayor “sayur”
  • 보꾸 boku “buku”

Ucapan

  • 따리마 까시 Tarima kasi “Terima kasih”
  • 인다우 미아노 찌아찌아 Indau miano Cia-Cia “Saya orang Cia-Cia”
  • 인다우 뻬엘루 이소오 Indau pe’elu iso’o “Saya cinta kamu”
  • 모아뿌 이사우 Moapu isau “Maafkan saya”
  • 움베 Umbe “Ya”
  • 찌아 Cia “Tidak”
Re-share: neethahyuk
Source: haritzuihere , pusatbahasaalazhar & Wikipedia
Re-Post By Neettha-HyukJaelf | KoreanChingu.wordpress.com
“JUST TAKE OUT! FULL CREDITS!!”

 lorenzakpop.blogspot.com





























































































10 ton koin dilemparkan ke Cheonggyecheon selama 6 tahun


Cheonggyecheon stream itu seperti sungai buatan yang mengalir di tengah kota Seoul. Dulu wilayah ini adalah jalan aspal. Tapi sejak th 2003, mantan Walikota Seoul yang sekarang Presiden, Lee Myung Bak mengembalikan lokasi ini jadi sungai kecil lagi seperti sekarang. Lee sangat jeli dan ternyata lokasi ini telah lama menjadi daya tarik wisata di kota Seoul. Kebersihan yang terjaga membuat Cheonggyecheon stream sering dijadikan lokasi piknik masyarakat atau sekedar jalan2 setelah sehari kerja. Oktober 2005, pengelola membangun kolam harapan saat restorasi sungai. Dan sejak itu ada 1,07 juta koin telah dilemparkan ke dalam kolam. Koin yang dikumpulkan panjangnya mencapai 2,5 km dan beratnya 10 ton lebih, menurut Seoul Metropolitan Facilities Management Corp.


Jadi selama 6th ini, mereka sudah mengumpulkan lebih dari 68,73 juta Won hanya dari koin2 itu.
Tahun lalu, mereka mengumpulkan 214 macam koin dari seluruh dunia. Total 32,04 juta Won. 3,4 kali lebih banyak dari tahun sebelumnya. Diantara koin2 itu, 5.612 koin (terbesar) berasal dari Yen Jepang, 5.041 dari Thailand, 3.934 dari China dan 2.444 dari Amerika Serikat. I wonder..ada yang dari Indonesia ngga ya?
Mereka akan menyumbangkan dana yang diperoleh dari kolam ini untuk sosial. Koin yang terkumpul tahun lalu sudah diserahkan pada Community Chest of Korea dan UNICEF.
Menurutku ini hebat, mereka bahkan sampai menghitung koin secara mendetil dan ada laporan diserahkan ke mana saja. Bahaya kalau Tuan Krab tahu, ia pasti buru-buru nyemplung ke kolam untuk kumpulin koin.
 
Source : Hancinema
Berbagi oleh Hea Chiyoko @ Korean Chingu | Sumber kadorama-recaps
 

Permainan Ala Korea !!!

Annyeong Readers!!
Kali ini,, Aku mau ngeshare Permainan-permainan Ala Korea!!
Pada Penasaran kan apa aja sih permainan yang biasanya dimainin ama orang-orang di Korea~~!!
Langsung ajaaa…. Cekidoooottt!!!!

1. Igo


Igo, go, weiqi, atau baduk  adalah permainan papan strategis antar dua pemain, berasal dari Tiongkok sekitar 2000 SM sampai 200 SM. Permainan ini sekarang populer di Asia Timur. Pengembangan sistem untuk bermain igo melalui Internet telah meningkatkan popularitasnya di belahan dunia lain.
Di Indonesia, nama igo dan go sama-sama digunakan. Go adalah nama Inggrisnya yang berasal dari pelafalan bahasa Jepang aksara 碁 (go), walaupun di Jepang permainan ini biasa disebut 囲碁 (igo). Namanya di bahasa Tionghoa yaitu 圍棋 (trad.)/围棋 (sed.) (pinyin: wéiqí) kurang lebihnya berarti “permainan papan mengelilingi (wilayah)“. Nama kunonya adalah 弈 (pinyin: yì), dan juga terdaftar dalam Kamus Kangxi sebagai 碁. Permainan ini disebut 바둑 (baduk) di bahasa Korea.

2. Janggi


Janggi atau catur Korea merupakan permainan dari korea yang dimainkan oleh dua orang dan termasuk dalam permainan papan berstrategi sekelompok dengan catur, shogi dari Jepang, dan xiangqi dari Tiongkok.
Permainan ini menggunakan bidak-bidak, mirip dengan catur. Terdapat bidak raja, patih, gajah, kuda, benteng, dan prajurit. Bidak raja dalam catur Tiongkok hanya bisa dijalankan di empat kotak, konon sesuai dengan fungsi raja yang boleh keluar di lingkungan istana saja. Bidak gajah dijalankan di kotak empat miring. Bidak kuda, benteng, dan prajurit langkahnya hampir sama dengan catur biasa.


3.  Yut


Yut adalah Permainan keluarga yang sering dimainkan saat festival Yut-nori telah populer di Korea selama ribuan tahun. Belajar bermain permainan ini sederhana.-Anak-anak di  Korea memainkan permainan tradisional  ini antara Tahun Baru Imlek dan bulan purnama pertama Tapi Anda bisa memainkan disederhanakan yut-nori setiap saat Anda suka..

 

4. Chajeon nori


Chajeon noriAdalah Permainan tradisional perang-perangan antara dua kelompok orang . Permainan ini biasa kalian liat di drama2 korea kerasaan!!! k k k^^

5.Ssireum


Ssireum merupakan olahraga tertua di Korea yang sudah dipraktikkan sejak zaman prasejarah.[1] Pada masa lalu, masyarakat Korea melindungi diri daripada ancaman musuh dengan mengembangkan ilmu beladiri. Ssireum bermula dari gerakan-gerakan mencengkeram dengan tangan dan lama kelamaan gerakan baru mulai diciptakan. Pda zaman Tiga Kerajaan, ssireum dimainkan untuk kompetisi dan tujuan militer. Lukisan ssireum tergambar pada Situs Makam Goguryeo (37 SM-660 M) yang dinamakan Gakjeochong (角抵塚). Bukti tertulis paling awal menyebutkan informasi tentang ssireum adalah teks Cina dari Kitab Hou Han yang menuliskan kehidupan masyarakat Korea pada masa lampau.

Olahraga ssireum semakin menyebar dengan pesat pada masa Dinasti Joseon (1394-1910). Pada saat itu, kompetisi-kompetisi ssireum diadakan secara meriah pada hari-hari raya dan festival-festival besar di musim panas dan musim gugur. Para pemenang biasanya mendapat hadiah seperti sapi atau hasil-hasil pertanian.


6. Tuho


Tuho adalah permainan tradisional Korea  yang melibatkan keterampilan melempar panah (atau dalam hal ini tongkat kasus) ke dalam toples atau vas.

7. Geunetagi


Geunetagi adalah permainan dengan ayunan, selama festival Dano pada 5 Mei menurut kalender lunar. Sebelum hari festival Dano, penduduk desa memasang ayunan pada cabang tinggi dari pohon besar, seperti zelkova atau Jujube, yang terletak dekat pintu masuk ke desa. Tali ayunan selalu sekitar 9 sampai 10 meter panjang. Pada Geunetagi, wanita yang mencapai ketinggian tertinggi oleh goyang ayunan bolak-balik menjadi pemenang permainan ini. *wahh seru ya???:D*

Credit : Wikipedia | Google
Shared by : SeptiDNA~~@koreanchingu.wordpress.com ( KC )

lorenzakpop.blogspot.com